Untuk postingan kali ini saya akan memposting cerita yang bertemakan persahabatan. judulnya sendiri adalah sahabat. sebenanrnya cerita ini adalah cerpen yang diberikan kepada guru disekolah untuk mencari unsur intrinsik apa saja yang terkandung didalamnya. langsung saja baca ceritanya dibawah. cekidot
"Turutiah sahabatmu Majid ini Andi. Berangkatlah besok. katakan dengan terus terang bahwa kita benar- benar belum ada uang untuk membayar SPP. Ayahmu sedang berusaha. Mudah-mudahan ayahmu mendapatkan rejeki banyak hari ini."
Sudah pukul tujuh pagi Andi belum juga berangkat ke
sekolah. ia telah berpakaian dan menyiapkan tasnya. rupanya masih ada yang
dipikirkannya. ia duduk di serambi muka menunggu kawannya, Majid. Sebentar
kemudian munculah si Majid di depan rumahnya seperti biasanya.
"Selamat pagi, An! Ayo, sudah pukul tujuh lewat
ini" serunya.
"Majid, hari ini saya tidak masuk sekolah"
"Ah, mengapa? Sudah berpakaian rapi. Ayolah, jangan
sampai terlambat", Jawab Majid keheranan.
"Jid, benar-benar saya tidak masuk sekolah. Sekarang
tanggal dua belas. Uang SPP tanggal sepuluh sudah harus dibayarkan. Saya
bingung hari ini. Ayah sedang ke pasar menjual buah-buahan, mungkin juga untuk
mencari uang untuk membayar SPP itu. Ibu sudah dua hari sakit panas. Dua adik
saya sudah berangkat sekolah dan keduanya juga belum membayar SPP juga".
Majid sudah tidak tahan lagi mendengar keluhan sahabat
karibnya tersebut, Andi tampaknya wajahnya sudah memerah, hendak meneteskan air
mata kepiluannya. Matanya mulai berlinangan air mata.
"Baiklah An, jika begitu saya pergi sendiri saja
tidak mengapa. Tidak usah kamu masuk sekolah. Nanti akan saya utarakan kepada
guru kita. Bantu ibumu saja dirumah. Pulang sekolah nanti saya akan singgah
kemari lagi untuk menemuimu."
Andi tidak bisa berkata sepatah pun, Suaranya
tersendat-sendat dan tidak dapat keluar. ia hanya mengangguk dan memandangi
sahabatnya itu. Majid tampak tergesa-gesa.
Sesampainya di sekolah, Majid berdebar-debar melihat
pekarangan sekolahnya sudah sepi, pertanda bel masuk sudah berbunyi dari tadi.
Tahulah ia bahwa sudah terlambat. Apa yang harus dilakukannya. Segera ia menuju
ke kantor Pak Tata, Kepala Sekolahnya, dan menerangkan kepadanya mengapa dia
terlambat. Pak Tata kemudian mengambil secarik kertas, dibuatnya catatan
diatasnya, kemudian diberikannya kepada Majid. Setelah ia memberi hormat kepada
Pak Tata kemudian ia langsung masuk kedalam ruang kelasnya.
Pada waktu istirahat, Kepala sekolah memanggil Majid
untuk ke kantornya lagi. "Majid, Bapak meminta bantuanmu, sampaikan kepada
ayah Andi, bahwa besok pagi Andi diperbolehkan pergi ke sekolah.
"Baik Pak Tata".
Majid keluar dari kantor dengan perasaan lega. masih
jelas teringat oleh pikirannya tentang keterlambatannya tadi pagi. Majid
mengira pak Tata Marah besar dengannya karena dia terlambat masuk sekolah,
ternyata tidak.
Ketika Majid pulang sekolah, ia tak lupa dengan janjinya
untuk singgah ke rumah sahabatnya Andi. Sesampainya di rumah Andi, "Di,
besok kamu boleh berangkat sekolah lagi. Pak Tata tidak marah sedikitpun mengenai
keterlambatan pembayaran SPP di sekolah. Beliau justru tidak menginginkan anak
didiknya tidak bersekolah karena kendala biaya. namun, beliau juga berpesan
bahwa esok hari sebelum masuk kelas, kamu diminta untuk menemui Pak Tata
terlebih dahulu".
"Jid, saya takut. Pak tata kan berkumis tebal,
berkacamata hitam, dan berbadan besar seperti Antasena Jid, Besok saya belum
bisa membayar uang SPP, sampai sekarang pun ayah saya belum pulang. Entahlah
apakah penjualan buah-buahan hari ini menguntungkan atau tidak."
"Andi, Pak Tata menyuruh kamu datang menemuinya
besok bukan untuk membayar SPP, melainkan untuk bertemu dengan beliau saja dan
bisa saja beliau hanya memberikan nasehat padamu saja."
"Turutiah sahabatmu Majid ini Andi. Berangkatlah besok. katakan dengan terus terang bahwa kita benar- benar belum ada uang untuk membayar SPP. Ayahmu sedang berusaha. Mudah-mudahan ayahmu mendapatkan rejeki banyak hari ini."
Andi mengangguk dan berjanji kepada ibunya besok dia akan
berangkat ke sekolah dan menemui Pak Tata yang sangat ia takuti. Majid pun lalu
berpamitan untuk pulang.
Setelah sampai di rumah, Majid kemudian menyimpan tasnya,
melepas sepatunya, mencuci tangan dan kakinya sebelum berganti pakaian.
"Makanlah Segera! Ayah. Ibu,
dan adik sduah makan terlebih dahulu. Kemudian Majid pun makan dengan lahapnya.
"Mengapa engkau terlambat nak?," tanya ibunya.
Sembari makan, Majid pun
bercerita kepada ibunya tentang kesusahan yang dirasakan sahabatnya Andi.
"Kasihan Andi, sudah dua hari ia tidak masuk sekolah. Mana ibunya sakit-sakitan.
Ayahnya menjual buah-buahan di pasar. unrung yang diharapkannya dapar melunasi
uang SPP anak-anaknya.
Mendengar cerita anaknya, Ibu
Majid jadi terharu. ia pun bersyukur atas kebahagiaan keluarganya yang tidak
perlu menderita seperti itu.
Keesokan harinya Majid berangkat
sekolah lebih pagi dari biasanya. Ia mau singgah ke rumah Andi sahabatnya dan
pergi bersama-sama temannya menghadap Pak Tata Kepala Sekolah. Sesampainya
disana, dilihatnya ayah Andi di rumah. Majid merasa gembira, tentu temannya
sudah mempunyai uang untuk membayar SPP. Andi kelihatannya menunggu Majid di
serambi rumahnya. Raut mukanya masih tampak kurang gembira.
"Selamat pagi Andi, Ayo kita
berangkat. kita akan bersama-sama menghadap Pak Tata."
Kedua anak tersebut kemudian
meminta ijin kepada ayah dan ibu Andi. Sebelum keliuar pintu pekarangan, Andi
berhenti dan dibisikannya sesuatu kepada Majid.
"Majid, ayahku sudah kembali
dan buah-buahan dagangannya terjual habis...."
"Nah..... syukur. Jadi kamu
sudah membawa uang untuk membayar SPP bukan Di?'
"Tunggu dulu, Rejeki tentu
ada. kami bergembira, Hanya, sayang sekali tidak cukup unruk membayar uang SPP
itu. Ibu kan sakit. Sebagian untung yang diperoleh dipergunakan juga untuk
membeli obat dan belanja hari ini dan kemarin. Sisanya tinggal lima puluh ribu
rupiah, padahal uang SPP kan enam puluh ribu rupiah kan jid?"
Sambil berjalan Majid menarik
tangan temannya lalu berkata, "Uang itu kamu bawa sekarang kan?"
"ya, Ayah ku takut uang itu
terpakai. Nanti kalau ada untung lagi, tinggal menambah saja. "
"Baik Andi, kita harus
bergegas menghadap Pak Tata Kepala Sekolah sebelum jam belajar mengajar
dimulai. Sebaiknya kamu lunasi uang SPP-mu hari ini. Kebetulan aku membawa uang
sepuluh ribu untuk membeli buku tulis, tetapi buku itu tidak kuperlukan
sekarang, boleh kamu pinjam terlebih dahulu untuk mencukupi uang SPP-mu.
"Ahh... jangan, jid!,
Bagaimana ayah dan ibumu nanti?."
" Tidak Sam, sungguh. Ini
bukan uang pemberian ayah, tetapi pemberian pamanku. Memang ayah dan ibuku tahu
bahwa aku diiberi uang oleh Pamanku, Ayolah tidak apa-apa kau gunakan uangku
ini untuk membayar SPP. Kita kan sahabat. sudah sepantasnya saling membantu
satu sama lain. Bulan lalu kau sudah membantuku untuk mengerjakan tugas
menggambar, sekarang pakailah uang ini terlebih dahulu."
"Baiklah kalau begitu, Jadi
hari ini saya bisa melunasi uang SPP?, Bukan main rekayasa Tuhan. Sungguh kamu
benar-benar sahabat terbaik ku Jid, Bantuanmu Sangat bermanfaat bagiku Jid,
nanti akan saya beritahukan kepada orang tua ku tentang hal ini."
Keduanya berjalan cepat dan
sampailah di sekolah. Kemudian keduanya bergegas untuk bertemu dengan Pak Tata
Kepala Sekolah untuk menghadap. Andi meminta maaf kepada Pak Tata karena uang
SPP baru bisa dibayarkan pada hari ini. Pak tata, sembari megelus kumisnya yang
tebal memberikan nasehat, lainkali berterus teranglah dalam menghadapi
kesulitan.
"Kepentingan bapak
memanggilmu adalah bahwa seminggu yang lalu, bapak dan segenap dewan sekolah
merapatkan hal tentang kompensasi uang SPP sekolah selama tiga bulan kepada
sepuluh anak yang dipilih, dan salah satunya adalah kamu Di."
Bak kejatuhan durian, Andi pun
menghaturkan terimakasih kepada Pak Tata karena telah memilihnya untuk mendapat
kompensasi SPP sehingga uang SPP yang akan dibayarkan bisa ia kembalikan kepada
ayahnya untuk modal tambahan berjualan. Andi berjanji akan menjadi anak
yang pandai, selalu belajar, dan disiplin pada aturan sekolah.
"Selamat ya di, kamu
mendapatkan kejutan dari Tuhan disaat yang dibutuhkan", ucap Majid pada
Andi seraya menepuk punggung Andi.
" Ya ya ya ya.....
Terimakasih Majid. berkat pertolonganmu, aku mendapatkan hadiah yang membuatku
semangat belajar dan bersekolah lagi. Mungkin jika kemarin kau tidak peduli
denganku, aku tidak tahu apakah aku akan sebahagia ini Majid."
Kemudian keduanya bergegas masuk
ke kelas dan melewati hari-hari dengan persahabatan yang erat.
Komentar
Posting Komentar